MURA - Dengan dalih untuk kenang-kenangan guru yang pensiun, murid di SMAN Tugumulyo Kabupaten Musi Rawas (Mura) yang jumlahnya mendekati 1000-an diduga dimintai iuran Rp.25 ribu tiap siswa.
Salah seorang wali murid, K mengatakan cucunya yang juga ketua kelas diminta untuk iuran dan mengkoordinir iuran teman sekelasnya.
Hal itu dilakukan berdasarkan instruksi pada rapat yang melibatkan seluruh ketua kelas, komite sekolah dan guru.
"Saya juga sebagai anggota komite, tapi saya selaku anggota tidak tahu. Cucuku (sekarang) megang uang anggota dikelas beratus ribu. Yang disuruh kumpul kok ketua kelas, bukan wali murid, masuk akal gak kira-kira? Itu pungli!," ujar K kesal, Selasa (26/10/2021).
Sementara, salah seorang ketua kelas, R mengatakan waktu rapat diadakan seminggu lalu. Rapat dilakukan tanpa mengisi daftar hadir atau absen.
Ia bersama teman ketua kelas lainnya merasa keberatan atas keputusan rapat, namun tidak ada yang berani protes.
"Dipanggil semua ketua kelas, batas waktu (pembayaran) harusnya senin kemarin (25/10/2021), karena ada yang belum bayar kayaknya bisa diperpanjang (waktunya). Yang diajak rapat hanya para ketua kelas, tidak ada wali murid. Diminta Rp.25 ribu untuk perpisahan pensiun guru untuk mengenang jasanya," cetusnya.
R mengaku, saat rapat ada dua orang wanita yang ikut berperan pada rapat tersebut, salah satu yang ia ingat guru bernama Haryati.
Sementara, hingga saat ini iuran para murid yang terkumpul pada R sudah hampir semua membayar.
"Ada yang bayar ada yang belum, hampir semua di kelas sudah bayar," tuturnya.
Senada, salah seorang murid, S mengatakan memang ada penarikan uang iuran terhadap dirinya sebesar Rp.25 ribu.
"Iya diminta uang 25 ribu, sudah bayar, katanya untuk perpisahan guru," ucapnya.
Sementara itu, Yati saat dikonfirmasi mengatakan penarikan iuran itu berdasarkan keputusan pengurus komite.
"Kami hanya mendampangi bendahara komite waktu (saat) pertemuan tersebut. Maaf om, silahkan hubungi ketua komite nya langsung," katanya dalam pesan singkat whatsapp.
Adanya penarikan iuran tersebut membuat salah satu ormas di Mura geram. Ketua Garda Muda Palapa (GMP) Mura, Alam mengatakan tak seharusnya pihak sekolah membiarkan itu, terlebih berdasarkan informasi ada guru yang terlibat.
"Kalau sudah masuk ke ranah komite seharusnya wali murid yang rapat, bukan ketua kelas," ucapnya.
(65)